Senin, 31 Mei 2010

Attractive Illustration Story

Seorang gadis kecil berlari sambil berteriak ke belakang, “ayo. Sudah hampir gelap..” pada seorang sahabat sebayanya, yang berlari di belakangnya. Gadis mungil itu panjang rambutnya, cantik perawakannya bagaikan seorang putri kerajaan. Tersenyum lebar menggambarkan kebahagiannya di hari itu. Menikmati hembusan angin sore di padang rumput yang luas. Angin meniup tiap helai rambut nan indahnya, meniup rok gaunnya hingga mengharuskannya berkali-kali menutupnya agar tak terbuka ke arah angin.

“Hei, sekarang aku yang menang” kata anak lelaki, yang sudah berhasil mendahuluinya.

“Kau curang!” protes gadis itu sambil terus mengejar sahabatnya. Hingga akhirnya dia berhenti karena kelelahan, “hhh.., tunggu… Aku lelah..”

“Tapi ini sudah ma…” suara anak lelaki itu terpotong oleh bunyi sesuatu di belakangnya.

Gadis kecil itu terpeleset jatuh ke jurang. Dia terus mundur ke belakang tanpa melihat ada sebuah batu dibelakangnya, “… tolong!!”

Terkejut akan apa yang dilihatnya, jantung anak lelaki itu berdegup kencang. Membuatnya terpaku tanpa mampu bertindak apa pun. Anak itu bingung cara seperti apa yang harus dilakukannya untuk menolong sahabatnya. Dia mencoba berteriak meminta bantuan, namun tak ada jawaban balik dari seorang pun. Hari semakin gelap dan udara semakin terasa dingin, sungguh membuatnya gentar dan frustasi dengan kondisi dirinya yang tidak dapat membantu apa pun.

Sedang gadis itu masih bertahan dengan sekuat tenaga, bertumpu pada batu tepi jurang yang dipegangnya. Gadis itu hanya bisa menangis, berharap sahabatnya mampu menariknya ke atas.
“… tolong..” suaranya terdengar semakin lirih. Masih berharap akan pertolongan dari sahabat kecilnya. Namun, mengetahui tak ada satu pun gerakan yang dapat diusahakan oleh sahabatnya terhadap dirinya saat itu, membuatnya hampir putus asa.

Angin terasa sangat tidak bersahabat ketika itu. Tubuh mungil gadis itu diterpa dingin dan kencangnya angin sekitar. Air mata pun tak kuasa terus mengalir tanpa henti. Terus membasahi pipi gadis itu. Belum lagi rasa perih dari beberapa luka gores di kulitnya, sungguh membuatnya meringis kesakitan.

Sang sahabat yang masih saja berada dalam perasaan bersalah juga masih terpuruk akan pergolakan besar yang dihadapi oleh batinnya. Dirinya benar-benar tidak tahu apa yang bisa diperbuatnya, tak tahu apa pertanggung jawabannya ketika bertemu dengan ibu dari sahabatnya itu nanti.

Dia menangis merunduk, tak berani menghampiri sahabatnya yang masih tergantung di tepi jurang sana. Di satu posisi, dia terbeban untuk membantu sahabatnya. Tapi di sisi lain, dia terlalu takut terhadapphobia ketinggiannya untuk melakukan sesuatu. Anak lelaki itu bertambah bingung akan situasi besar ini.




Bagaimana dengan kelanjutan ceritanya??? Hanya ada dua pilihan yang dapat ditentukan olehnya:




a. Jika dia terus ketakutan. Tidak berani melawan ketakutan yang dihadapinya…., Begini cerita kelanjutannya:


Ketika tak ada lagi kekuatan untuk bertahan disana, tiba-tiba ada sebuah keberanian yang muncul dalam diri gadis itu. Dirinya teringat akan phobia yang dimiliki oleh sahabatnya. Dia tahu bahwa ini adalah masalah yang berat untuk dihadapi sahabatnya seorang diri diatas sana. Dan seketika itu juga, tanpa lagi terfokus akan ketakutan besar dan rasa sakit yang dirasakannya, anak gadis itu memilih memikirkan kondisi sahabatnya. Kepedulian yang dimilikinya saat itu memotivasi dirinya untuk berusaha mengandalkan kemampuannya sendiri untuk memanjat naik ke atas.

Meski banyak batu dan pasir yang tajam menusuk lukanya yang masih basah, menyulitkan jarinya pula untuk memegang tembok jurang, tetap tak mebuatnya berputus asa. Entah darimana kekuatan yang ia dapatkan, sekuat tenaga dia terus memanjat ke atas. Menarik napas panjang, terengah, sambil menahan beban tubuhnya. Dan akhirnya keberanian dalam ketakutan yang dimilikinya, memberinya kemampuan untuk berhasil mencapai atas.

Dengan segera dia menghampiri sahabatnya, lalu memeluknya dengan erat. “.. jangan nangis, aku sudah disini,” katanya menenangkan bocah lelaki itu.

“ayo, berdiri. Kita pulang yuk!”

Gadis itu hanyalah seorang anak bertubuh mungil. Terlihat lemah dan membutuhkan perlindungan. Namun di saat yang sama, dia mampu mengatasi ketakutannya dan berhasil menyelamatkan permasalahan besar yang dihadapi sahabatnya.

Dihapusnya air mata yang mengalir di pipi sahabatnya itu, sambil mengangkatnya berdiri. “Ibuku masak apa yah untuk kita?” gadis itu tersenyum dan terus menggenggam erat jari jemari kecil sahabatnya…






b. Tetapi jika anak lelaki itu berpikir sebaliknya…


Tiba-tiba anak lelaki itu beranjak dari tempatnya dan berlari menghampiri sahabatnya. Dia memutuskan untuk berani menghadapi ketakutan yang dihadapinya. Baginya mungkin hal itu sangat sulit, tetapi keadaan sahabatnya jauh lebih berarti dibandingkan ketakutannya. Keberanian muncul dengan sangat kuat mempengaruhi dirinya untuk mau mengakhiri rasa ketakutan yang selalu menghantui hidupnya selama ini.

“..pegang tanganku yah!” dia menarik tangan sahabatnya dengan bertumpu pada batu besar disampingnya. Diangkatnya tubuh anak gadis itu, tanpa berpikir panjang. Dan membuatnya hampir terjatuh Karena tak kuat menahan beban berat sahabatnya.

Tapi anak gadis itu semakin ketakutan dan tak berhenti menangis. Tubuhnya semakin lelah dan tak kuat menahan pegangan tangan anak lelaki itu. Lalu dia menengok ke bawah, dan memberikan senyuman pada temannya, “.. jangan nangis, aku akan tarik kamu kok.”

Dengan sekuat tenaga ditariknya tangan sahabatnya. Dan ia berhasil melakukannya. Gadis itu pun selamat. “Udah yah nangisnya, aku aja udah ga nangis” hiburnya…





-ZyClaudia-